Beranda | Artikel
Nabi Musa Alaihissallam Mendakwahi Firaun
Rabu, 6 Februari 2019

NABI MUSA ALAIHISSALLAM MENDAKWAHI FIR’AUN

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَإِذْ نَادَىٰ رَبُّكَ مُوسَىٰ أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴿١٠﴾ قَوْمَ فِرْعَوْنَ ۚ أَلَا يَتَّقُونَ ﴿١١﴾ قَالَ رَبِّ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ﴿١٢﴾وَيَضِيقُ صَدْرِي وَلَا يَنْطَلِقُ لِسَانِي فَأَرْسِلْ إِلَىٰ هَارُونَ﴿١٣﴾وَلَهُمْ عَلَيَّ ذَنْبٌ فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ﴿١٤﴾قَالَ كَلَّا ۖ فَاذْهَبَا بِآيَاتِنَا ۖ إِنَّا مَعَكُمْ مُسْتَمِعُونَ﴿١٥﴾فَأْتِيَا فِرْعَوْنَ فَقُولَا إِنَّا رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ﴿١٦﴾أَنْ أَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ﴿١٧﴾قَالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ﴿١٨﴾وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِي فَعَلْتَ وَأَنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ﴿١٩﴾قَالَ فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ﴿٢٠﴾فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكْمًا وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُرْسَلِينَ﴿٢١﴾وَتِلْكَ نِعْمَةٌ تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنْ عَبَّدْتَ بَنِي إِسْرَائِيلَ

Dan (ingatlah) ketika Rabbmu menyeru Musa (dengan firman-Nya), ”Datangilah kaum yang zhalim itu, (yaitu) kaum Fir’aun. Mengapa mereka tidak bertaqwa?” Musa berkata,”Wahai Rabbku! Sesungguhnya aku takut mereka akan mendustakanku (menganggapku dusta-red). Dan (dengan sebab itu-red) dadaku menjadi sempit dan lidahku tidak lancer, maka utuslah (Jibril) kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka, sehingga aku takut mereka akan membunuhku.” Allâh berfirman,”Jangan takut (mereka tidak akan membunuhmu)! Maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mu’jizat-mu’jizat); Sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan). Maka datanglah kamu berdua kepada Fir’aun dan katakanlah, ”Sesungguhnya kami adalah Rasul Rabb semesta alam. Lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta kami!” Fir’aun menjawab,”Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. Dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna”. Musa berkata,”Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. Lalu aku lari meningggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Rabbku memberiku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara para rasul. Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil”. [Asy-Syua’arâ’/26:10-22]

Ringkas cerita, Musa dan Harun ‘alaihimassalam mendatangi Fir’aun, lalu mengatakan  apa yang harus katakan, juga menyampaikan risalah yang ditugaskan kepada mereka, berupa:

  • Seruan dakwah agar Fir’aun beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla semata, tiada sekutu bagin-Nya
  • Permintaan agar bani Israil dilepaskan dari tahanan, tekanan dan penindasannya,
  • Permintaan agar Fir’aun membiarkan bani Israil beribadah kepada Rabb mereka sekehendak hati mereka, serta bebas mentauhidkan-Nya, berdo’a dan tunduk patuh kepada-Nya.

Mendengar dakwah dan permintaan ini, Fir’aun bukannya memenuhinya, bahkan sebaliknya, dia menyombongkan diri dan berbuat sewenang-wenang, serta memandang Musa Alaihissallam dengan pandangan yang menghina dan merendahkan sambil mengatakan:

قَالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ

Bukankah kami telah mengasuhmu di tengah (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu” [Asy-Syua’arâ’/26:18]

Maksudnya, bukankah kamu orang yang telah kami besarkan di rumah kami, orang yang telah kami perlakukan dengan baik dan telah berbagai selama beberapa waktu?!

Ini menunjukkan bahwa Fir’aun yang didakwahi oleh Musa Alaihissallam adalah Fir’aun yang dahulu dia jauhi demi menyelamatkan diri. Kesimpulan ini berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh ahli Kitab, yang mengatakan bahwa Fir’aun yang dahulu dihindari oleh Musa sudah mati pada saat Musa Alaihissallam masih tinggal di Madyan, di luar Mesir, sedangkan Fir’aun yang didakwahi Musa Alaihissallam adalah Fir’aun yang lain. Ucapan Fir’aun:

وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِي فَعَلْتَ وَأَنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas budi [Asy-Syua’arâ’/26:19]

Maksudnya, kamu telah membunuh orang Qibthi, lalu kamu melarikan diri dari kami, dan bahkan kamu mengingkari berbagai kebaikan yang telah kami berikan kepadamu.

قَالَ فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ

Musa berkata,”Aku telah melakukan itu, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang sesat (khilaf). [Asy-Syua’arâ’/26:20]

maksudnya, kejadian pembunuhan itu terjadi sebelum aku diberikan wahyu dan sebelum aku diberikan kitab.

فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكْمًا وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُرْسَلِينَ

Lalu aku lari meningggalkan kalian ketika aku takut kepada kalian, kemudian Rabbku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara para rasul.” [Asy-Syua’arâ’/26:21]

Setelah itu, Nabi Musa Alaihissallam menjawab berbagai kebaikan yang disebut-sebut Fir’aun kepadanya, berupa pemeliharaan dan kebaikannya kepada Nabi Musa Alaihissallam.

وَتِلْكَ نِعْمَةٌ تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنْ عَبَّدْتَ بَنِي إِسْرَائِيلَ

Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil”. [Asy-Syua’arâ’/26:22]

Maksudnya, berbagai kebaikan yang engkau sebut-sebut itu, sebagai imbalan dari perbuatanmu yang telah memanfaatkan dan memperbudak bani Israil dalam berbagai pekerjaan dan saya adalah salah seorang Bani Israil.

Dalam ayat selanjutnya, Allâh Azza wa Jalla  memberitakan perkataan sombong Fir’aun:

قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ ﴿٢٣﴾ قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ ﴿٢٤﴾ قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلَا تَسْتَمِعُونَ ﴿٢٥﴾ قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ ﴿٢٦﴾ قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ

Fir’aun bertanya,”Siapa Rabb semesta alam itu?” Musa menjawab,”Rabb Pencipta langit dan bumi dan apa saja yang di antara keduanya (Itulah Rabbmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya”.  Fir’aun berkata kepada orang-orang sekelilingnya,”Apakah kamu tidak mendengarkan?”Musa berkata (pula),”Rabb kamu dan Rabb nenek-nenek moyang kamuyang dahulu”.  Fir’aun berkata,”Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila.” [Asy-Syua’arâ’/26:23-27]

Allâh Azza wa Jalla   menceritakan percapakan, perdebatan dan saling mengadu argumentasi antara Fir’aun dan Nabi Musa Alaihissallam . Allâh Azza wa Jalla  juga menyebutkan hujjah-hujjah (argumentasi) yang ditegakkan (didatangkan) oleh kalîmullah Musa Alaihissallam kepada Fir’aun, yang merupakan hujjah-hujjah (argumentasi) yang bersifat maknawi kemudian hujjah-hujjah yang bersifat hissi (yang bisa diindra).

Ini dilakukan karena Fir’aun mengingkari Rabb Yang Maha Pencipta lagi Mahatinggi dan bahkan dia mengaku dirinyalah sebagai tuhan yang harus disembah. Allâh Azza wa Jalla  berfirman:

فَحَشَرَ فَنَادَىٰ ﴿٢٣﴾ فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ

lalu dia mengumpulkan (pembesar-pembesar), lalu berseru memanggil kaumnya. (seraya) berujar, ’Akulah ilahmu (sesembahanmu) yang paling tinggi.’ [An-Nâzi’ât/79:23-24]

Dalam ucapannya di atas, dia benar-benar telah mengingkari dan menentang, padahal dia tahu bahwa dia hanyalah seorang hamba yang berada dalam pemeliharaan, dan dia juga tahu bahwa Allâh Azza wa Jalla itu Maha Pencipta, Maha Yang membentuk rupa dan Rabb yang haq, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla  :

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا ۚ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini ( kebenaran) nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.” [An-Naml/27:14]

Oleh karena itu, sebagai bentuk pengingkarannya terhadap kerasulan dan kenabian Musa Alaihissallam juga pengingkaran terhadap Rabb yang telah mengutus nabi Musa Alaihissallam , Fir’aun berkata kepada Nabi Musa Alaihissallam :

وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ

”…Siapa Rabb semesta alam itu? [Asy-Syua’arâ’/26:23]

Karena sebelumnya Musa dan Harun ‘alaihimassalam berkata kepadanya:

إِنَّا رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Sesungguhnya kami adalah Rasul Rabb semesta alam. [Asy-Syua’arâ’/26:16]

Seakan Fir’aun berkata kepada Nabi Musa dan Harun ‘alaihimassalam, ”Siapakah Rabb semesta alam yang kalian akui telah mengutus kalian berdua?”

Nabi Musa Alaihissallam menjawab:

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ

Rabb Pencipta langit dan bumi dan apa saja yang di antara keduanya (itulah Rabbmu), jika kamu sekalian (orang-orang) yang mempercayai-Nya. [Asy-Syua’arâ’/26:24]

Maksudnya, Rabb semesta alam itu adalah yang menciptakan langit dan bumi serta semua makhluk yang berada di antara keduanya, seperti awan, angin, hujan, tumbuh-tumbuhan juga binatang-binatang, yang diyakini oleh setiap orang yang beriman bahwa semua makhluk itu tidak ada (tidak muncul) dengan sendirinya. Makhluk-makhluk itu pasti ada yang menciptakan dan mengadakannya. Dialah Allâh Azza wa Jalla  yang tiada ilah yang berhak diibadahi selain Dia semata, Rabb semesta alam.

Mendapat jawaban seperti ini, Fir’aun bukannya beriman atau setidaknya berpikir, malah dia melecehkan dan mengejek apa yang disampaikan oleh Nabi Musa Alaihissallam dihadapan para pembantunya yang merupakan para pembesar kerajaan Fir’aun.

لِمَنْ حَوْلَهُ أَلَا تَسْتَمِعُونَ

Fir’aun berkata kepada orang-orang sekelilingnya,”Apakah kamu tidak mendengarkan?

Maksudnya, apakah kalian tidak mendengar yang disampaikan oleh Musa?

Nabi Musa Alaihissallam pun kembali memberitahukan dan menegaskan kepada Fir’aun dan para pengikutnya. Beliau mengatakan:

قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ

Musa berkata (pula),”Rabb kamu dan Rabb nenek-nenek moyang kamuyang dahulu”. [Asy-Syua’arâ’/26:26]

Maksudnya, Dialah yang menciptakan kalian dan nenek moyang kalian, serta orang-orang yang jauh sebelum kalian. Sesungguhnya setiap manusia itu pasti tahu bahwa dia tidak menciptakan dan mengadakan dirinya sendiri, tidak juga bapak maupun ibunya, mereka ada pasti karena ada yang menciptakan dan mengadakan mereka. Yang menciptakan mereka dan mengadakan mereka dari tidak ada menjadi ada adalah Rabb semesta alam.

Dua posisi ini telah disebutkan dalam firman-Nya:

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu benar…” [Fusshilat/41:53]

Meski berbagai penjelasan yang cukup jelas itu sudah disampaikan, namun Fir’aun tidak juga terbangun dari tidurnya dan tidak juga menyadari kesesatannya. Dia terus berada dalam kesesatannya, kesombongannya dan kekufurannya.

Allâh Azza wa Jalla  berfirman:

قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ ﴿٢٧﴾ قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ

Fir’aun berkata,”Sesungguhnya rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila.” Musa berkata,”Rabb yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya (Itulah Rabbmu) jika kamu mempergunakan akal”. [Asy-Syua’arâ’/26:27-28]

Maksudnnya, Dialah yang mengatur pergerakan planet-planet yang indah. Dia yang menciptakan kegelapan dan cahaya terang. Dialah Rabb (pencipta) langit dan bumi, Rabb orang-orang yang hidup pertama-tama kali dan orang-orang yang hidup pada akhir zaman. Dia yang menciptakan matahari dan bulan, serta planet-planet yang terus beredar. Dia yang menciptakan malam beserta kegelapannya dan yang menciptakan siang beserta cahayanya yang terang benderang. Semua itu tunduk dan berjalan sesuai dengan ketentuan dan kehendak-Nya. Semuanya beredar pada tempatnya, silih berganti sepanjang waktu tanpa berbenturan. Dialah yang Maha Pencipta, Pemilik segala sesuatu, dan yang mengendalikan semua makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.

Setelah semua hujjah (argumentasi) ditegakkan kepada Fir’aun yang menyebabkan semua syubhat-syubhatnya terbantahkan, dan sudah tidak mampu lagi mengemukakan alasan, maka dia mulai menggunakan kekuasaan, kedudukan serta kekuatannya, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :

قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَٰهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ﴿٢٩﴾قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكَ بِشَيْءٍ مُبِينٍ﴿٣٠﴾قَالَ فَأْتِ بِهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ﴿٣١﴾فَأَلْقَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ﴿٣٢﴾وَنَزَعَ يَدَهُ فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ

Fir’aun berkata,”Sungguh jika kamu menyembah ilah selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang di penjarakan.” Musa berkata,”Dan apakah (kamu akan melakukan itu) kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata?” Fir’aun berkata,”Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar.” Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata. Dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya. [Asy-Syua’arâ’/26: 29-33]

Itulah dua bukti nyata yang dijadikan oleh Allâh Azza wa Jalla  sebagai bukti nyata dan penguat kenabian Nabi Musa Alaihissallam . Kedua bukti itu berupa tongkat dan tangan. Inilah saatnya untuk memperlihatkan keajaiban yang luart biasa, yang menjadikan akal dan pandangan manusia terkesima. Ketika itu, Musa Alaihissallam melemparkan tongkatnya dan seketika tongkat itu berubah menjadi seekor ular besar dan menakutkan.

Demikian juga, ketika Musa Alaihissallam memasukkan lalu mengeluarkan tangan dari saku bajunya, ternyata tangan itu berubah menjadi laksana bulan yang memancarkan sinar yang membuat mata-mata yang memandangnya terkesima. Ketika nabi Musa Alaihissallam memasukkan kembali tangannya ke saku bajunya, maka tangan itu kembali berubah menjadi seperti sedia kala.

Begitu nyata tanda-tanda kenabian Nabi Musa Alaihissallam . Namun, semua ini tidak memberikan pengaruh dan manfaat sama sekali bagi Fir’aun. Dia tetap berada dalam penentangannya seperti sedia kala. Bahkan dengan sombongnya, dia mengatakan kepada khalayak ramai bahwa apa yang ditunjukkan oleh Nabi Musa Alaihissallam itu adalah sihir. Saat itu juga, dia menyampaikan keinginan hatinya untuk melawan apa yang ditunjukkan Nabi Musa Alaihissalam dengan sihir. adalah sihir. Oleh karena itu, dia menyampaikan keinginan hatinya untuk melawan apa yang ditunjukkan Nabi Musa dengan sihir.

Allâh Azza wa Jalla  berfirman:

وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَىٰ ﴿٥٦﴾ قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَىٰ ﴿٥٧﴾ فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لَا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنْتَ مَكَانًا سُوًى ﴿٥٨﴾ قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى

Dan Sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir’aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, lalu ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).

Fir’aun berkata, “Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, wahai Musa? Dan kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu. Maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya).”

Berkata Musa, “Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik”.[Thaha/20:56-59]

Kemudian, dia mengutus orang-orangnya untuk mengumpulkan para penyihir yang ada di negeri kekuasaanya. Mereka berkumpul pada waktu dan hari yang telah mereka sepakati dan terjadilah apa yang telah ditaqdirkan oleh Allâh Azza wa Jalla  . Para penyihir itu kalah lalu beriman dengan ajaran yang dibawa oleh nabi Musa Alaihissallam . Namun kekalahan ini tidak menyadarkan Fir’aun dan pengikutnya. Menanggapi keimanan para penyihir itu, Fir’aun mengatakan:

قَالَ فِرْعَوْنُ آمَنْتُمْ بِهِ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿١٢٣﴾ لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ

Fir’aun berkata, “Apakah kalian beriman kepadanya sebelum Aku memberi izin kepada kalian? Sesungguhnya (perbuatan ini) adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya darinya; maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini). Sungguh, aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya.” [Al-A’raf/7:123-124]

Setelah tidak lagi memiliki argumentasi untuk mematahkan dakwah nabi Musa Alaihissallam , Fir’aun untuk yang sekian kalinya mempertontonkan kebengisannya. Dengan membusungkan dada dia mengatakan:

وَقَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ أَتَذَرُ مُوسَىٰ وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَيَذَرَكَ وَآلِهَتَكَ ۚ قَالَ سَنُقَتِّلُ أَبْنَاءَهُمْ وَنَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ وَإِنَّا فَوْقَهُمْ قَاهِرُونَ

Para pembesar kaum Fir’aun berkata (kepada Fir’aun), “Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?” Fir’aun menjawab, “Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan Sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka.” [Al-A’raf/7:127]

Tujuan dari teror ini adalah untuk menghina Musa dan pengikutnya juga menghilangkan generasi muda yang berpotensi menjadi benteng pelindung dakwah. Menanggapi ini, nabi Musa Alaihissallam mengatakan kepada para pengikutnya:

قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا ۖ إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

Musa berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allâh dan bersabarlah! Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allâh; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” [Al-A’raf/7:128]

Tidak hanya itu, bahkan Fir’aun yang terkutuk itu mengancam akan membunuh nabi Musa Alaihissallam :

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَىٰ وَلْيَدْعُ رَبَّهُ ۖ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ

Dan Fir’aun berkata (kepada para pembesarnya), “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Rabbnya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.” [Ghafir/40:26]

Dan Nabi Musa Alaihissallam merespon ancaman ini dengan doa:

وَقَالَ مُوسَىٰ إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ

Dan Musa berkata, “Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabbmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab.” [Ghafir/40:27]

Setelah berbagai upaya dikerahkan dan berbagai cara ditempuh untuk mendakwahi Fir’aun dan para pengikutnya namun hasilnya tetap nihil, akhirnya nabi Musa Alaihissallam berdoa:

وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَىٰ أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ

Musa berkata, “Ya Rabb kami! Sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Rabb kami – akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Rabb kami! Binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.” [Yunus/10:88]

Akhirnya mereka dibinasakan oleh Allah Azza wa Jalla.

Semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk orang-orang yang berakal yang bisa mengambil pelajaran dari kisah dakwah nabi Musa dan respon Fir’aun, si penguasa zhalim dan sombong.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XXI/1439H/2017M.  Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196. Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/11046-nabi-musa-alaihissallam-mendakwahi-firaun.html